"Di SKB saya kalah perangkingan... Ya udah berarti rejekinya yang peringkat satu," tuturnya.
Ia juga sempat melamar ke beberapa perusahaan swasta, tapi mayoritas penempatan di luar DIY atau Jawa Tengah, sementara ia adalah anak sulung yang perlu dekat dengan orangtua.
Dari kebingungan itu, Dika memilih membuka usaha bakso sendiri di Yogyakarta.
Ia terinspirasi dari bakso berbentuk kotak yang ia temui di Surabaya, lalu memodifikasi konsep tersebut berdasarkan ilmu dan pengalaman dari orangtuanya.
"Bakso kan bentuknya selalu bundar, saya terinspirasi dari yang ada di Surabaya, baksonya bentuknya kotak," kata Dika.
Baca juga: Alasan CPNS Mengundurkan Diri: Gaji Kecil hingga Penempatan Jauh
Usaha warung bakso Bang Uyo ia dirikan dengan tabungannya sendiri, menolak tawaran bantuan modal dari orangtua.
"Dulu saya sempat ditawari sama orangtua modal, nggak usah, jangan Bu... saya masih punya tabungan, coba saya maksimalkan," katanya.
Dika menyewa gerobak, mengambil alih kontrak lokasi dari usaha sate klatak yang tutup, dan mengganti seluruh perlengkapan dengan miliknya sendiri.
Modal awalnya tak sampai Rp 10 juta, dengan biaya sewa gerobak hanya Rp 150.000 per bulan.
Meski lulusan S2 dan aktif dalam organisasi semasa kuliah, Dika tidak merasa malu.