"Saya buang jauh-jauh gengsi, saya buang jauh-jauh malu, yang penting di sini mentalnya kuat dan konsisten," ujarnya.
Baca juga: Cerita Cholis, Pria Paruh Baya yang Pernah Ditolak Melamar Kerja karena Batas Usia
Ia percaya bahwa berjualan bakso bukan berarti menyia-nyiakan pendidikan tinggi yang ditempuhnya.
"Kalau kata orang eman-eman kuliah sampai S2 kok jualan bakso... saya menerapkan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari S1, S2 saya bawa ke sini," ujarnya.
Dika menyebut latar belakang pendidikannya sangat relevan dengan bisnis baksonya, mulai dari pemilihan daging, teknik membuat bakso yang kenyal, hingga strategi pemasaran dan analisis perilaku konsumen.
"Saya dulu S1, S2 fokus saya di sosial ekonomi peternakan... kepuasan, loyalitas, pemasaran... sangat banyak terbantu," katanya.
Meski sudah merintis usaha bakso sendiri, Dika belum meninggalkan cita-cita menjadi dosen. Jika ada penerimaan CPNS, ia berencana kembali mendaftar.
Namun jika diterima, warung bakso miliknya akan tetap berjalan sebagai bentuk kontribusi membuka lapangan kerja.
"Ini kan ada Bang Uyo yang bisa membantu orang lain juga buka lapangan pekerjaan," katanya.
Baca juga: 700 CPNS Dosen Mundur: Refleksi Strategi Manajemen Talenta Nasional
Saat ini ia dibantu satu karyawan tetap, dan satu orang tambahan saat warung ramai. Jumlah pelanggan pun meningkat pesat.
"Alhamdulillah saya buka, sampai sekarang meningkat-meningkat terus. Kurang lebih ya 100-an mangkok (per hari)," pungkas Dika.